Maaf Anda Tersesat!

Coba lagi. Jangan menyerah!

Minggu, 27 November 2011

RUMAH ini tempat bergudang-gudang ide....


Beberapa hari ini, mataku menjadi agak kabur. pertama, karena setiap malam keluar dan mataku terterpa butiran-butiran pasir, serta radiasi cahaya laptop karena membaca segelumit tulisan khusunya mengenai rumah. setelah membaca mengenai RUU PT pendidikan Indonesia yang semakin mengamini kapitalisme dalam pendidikan (nanti kita akan bercerita mengenai ini), beberapa tulisan dari para penghuni rumah, kini giliran jemari kasar ini untuk bercerita. mengenai suatu ketika di sudut rumah.
                Pagi itu menjelang siang....di ruangan yang berukuran 3 X 4 itu dipenuhi beberapa kawan dengan berbagai aktifitasnya. ada yang beristrahat (selalu ada saja), memutar lagu-lagu galau, membaca, hingga mengisi sudoku. ruangan itu adalah tempat segudang masalah tapi bergudang-gudang ide. salah satu ide muncul dari percakapan kami. Mega (HI 2010) yang telah tidak sabar dengan menanam pohon keesokan harinya mulai membuka cerita mengenai lingkungan kita yang semakin dekat dengan kepunahan. saya teringat beberapa waktu yang lalu Makassar mendapat penghargaan sebagai kota terbersih udaranya di ASEAN dari Asean ESC (Environtmentally Suistanable City).
                Obrolan kami pun fokus pada ‘bagaimana mungkin makassar yang membuat kita terus menerus haus di siang hari menjadi kota terbersih?’’bagaimana mungkin sepanjang jalan Perintis yang tak ditanami pohon yang tergantikan spanduk para partai tak aspiratif bisa menjadi kota terbersih?. begitu banyak kontradiksi dan paradoks mengenai itu. akhirnya, berbagai analisa yang tak biasa muncul. menurutku, ini tidak bisa di pisahkan dari KTT ASEAN, kedatangan Obama, hingga promosi makassar sebagai kota dunia, Mega yang memandang penghargaan itu sebagai solusi salah sasaran mengembangkan wilayah timur Indonesia. Wani (HI 09) yang memandang kapal-kapal perang AS yang selalu “ berpatroli”katanya di selat makassar akan mendapat legitimasi. intinya semua di setting agar bapak kapitalisme bisa lebih leluasa.
                Bukannya kami tidak mau tahu dengan ‘kemajuan’ tetapi yakinlah kapitalisme tak pernah mau tahu jika monorel dibangun akan kemana pohon-pohon di Pettarani, berapa banyak illegal fishing di selat makassar, berapa banyak penggusuran demi dibangunnya tempat2 perampas ide (mall), berapa rumah kumuh di pottere’, berapa banyak buruh yang kehilangan haknya, ya...kapitalisme tak pernah mau tahu....
                Percakapan ini akhirnya kami tutup dengan sebuah ide yang InsyaAllah akan kami manifestkan....terimakasih , di sudut rumah kami membangun ide, spirit, menularkannya.....rumah ini tempat bergudang-gudang ide.
another world is possible....  

Minggu, 20 November 2011

Call for APIP !!!


Cerita ini sebenarnya bukan hanya mengenai nama seorang Sahabat; Apip..tapi cerita ini akan cocok bagi penggiat cocologi (ilmu yang seolah-olah semuanya dicocokkan)…
Akhir-akhir ini banyak yang merasa galau (istilah yang sampai detik ini masih belum memiliki arti dari kesepakatan para penggiatnya), setidaknya beberapa teman merasa galau ketika sedang merasa sendiri. Beberapa teman datang dan bercerita kalau ; ‘sekarang anak-anak menghilangmi’. Awalnya ku juga merasa demikian,…
Yah, dua tahun sudah kami(ojekhi dan para pemerhatinya) menjalankan bahtera kekampusan bersama. Sebelumnya, akan kuceritakan sekilas mengenai OjekHI. Sebenarnya ini bukan organisasi, komunitas, atau bahkan group ato apalah namanya. Tapi menurut kami OjekHI adalah Spirit. Yah,.OjekHI lahir ketika semangat berbagi dan menjaga menjadi jantungnya. Awalnya, seingatku ketika kami masih MaBa. Ketika beberapa teman yang ingin pergi ke suatu tempat di Makassar dan tidak memiliki akses transportasi, beberapa pemuda yang merasa masih bisa menarik gas motornya kemudian berinisiatif untuk mengantar…seingatku saat menjelang  Golden Moment dimana latihan hingga malam mengharuskan para pemuda yang akan renta itu mengantar para wanita yang di Rahmati Allah sampai ke tujuan. Karena latihannya rutin akhirnya OjekHI menjadi nama bagi spirit ini. Inilah awal lahirnya OjekHI. Ketua pertamanya (walaupun sebenarnya tak pernah terjadi Mubes) adalah APIP……anggotanya; Ridho,Ikki, Fais, Ishaq, Mekel (tak mengakui), dan beberapa pemerhatinya (nebengHI); Sary, Icha, April, Cida, Nany, etc.
2 tahun berlalu….dan kita berada pada dunia yang semakin menua dan kapitalisme yang semakin fresh..tak sedikit masalah yang dihadapi. Hingga sekarang kita berada dalam rumah dan menjadi kakak-kakak,bapak-ibu, yang notabene penggerak rumah dan pengambil kebijakan. Secara pasti, kita akan berubah dan mengganti kebiasaan tertawa dengan urat kepala mengeras, mengganti  kumpul-kumpul  dengan merenung, mengganti jalan bersama dengan membagi jalan masing-masing. Ya…hidup itu berputar dan pasti berubah. Jika dulu para OjekHI menghabiskan setengah harinya di atas motor,mungkin sekarang kita lebih banyak berjalan dengan kedua kaki yang selalu melewati jalan yang sama. Jika dulu, bila NebengHI memanggil OjekHI langsung meluncur, mungkin kini OjekHI akan terlambat atau bahkan mengucapkan ‘sory, lagi ada kukerja’.
Ku tahu pasti tidak begitu mudah mengawali perubahan ini…maaf…bila tak selalu berada disaat engaku semua butuh…kita semua memang tak mudah menerima perubahan diri kita. Yah, kita tidak mungkin harus bersama everytime, Apip yang dahulu saat subuh hari sudah datang menjemput, kini mungkin kesulitan bangun karena malamnya berjuang merayakan konsolidasi demi dunia yang lebih baik.. ku tahu kita pasti bisa melalui ini..
Jangan pernah merasa ditinggalkan atau sendiri…….meninggalkan sahabat-sahabat bukanlah spirit OjekHI, spiritnya tetap sama yakni Berbagi dan saling Menjaga. Yakinlah ketika ada sesuatu yang terjadi di antara kita, tak ada yang akan acuh… semua pasti akan datang dan bertanya ‘baek-baek jeko?’ simple nya yang mau ku bilang, kita memang berubah, tapi tidak dengan spirit berbagi dan menjaga.. yakinlah ketika kita mengajak dan memanggil yang lainnya untuk berbagi tak akan ada yang MENOLAK..kadang kita saja yang belum mengajak dan agak enggan memanggil… padahal setiap dari kita selalu merindukan curhatan, sharing, tangisan, tawa, amarah, atau apapun itu. Jadi, mari saling Mengingatkan…..

We will never walk alone….
Bersama surat ini ‘Call for APIP’……….mari berbagi dan saling menjaga (lagi..selalu)


21112011, AC 14 rumahku

Selasa, 15 November 2011

Surat (Terbuka) Untuk SangSek


Assalamu alaikum wr.wb.
Bagaimana kabarmu Sangsek? Yah, panggilan itu mulai terbiasa di lidahku ketika akhir Juni  2011. Dimana ketika kita semua berada di ruangan yang bertabur jutaan harapan. Ketika itu sungguh dipikiranku bergulat antara ekspektasi dan dumba’dumba’. Kuharap kabarmu tak lagi menisbahkan dirimu sebagai lazy hehehehehhe. Karena kuyakin selalu ada banyak hal yang tidak kau ungkapkan tetapi tangan dan kakimu yang menggantikan peran lidahmu.
Masih jelas di ingatanku ketika di suatu pagi depan rumah kecil, kita mulai bercengkrama mengenai nasib rumah kecil yang dipenuhi berjuta harapan dan impian-impian. Waktu itu kuminta dirimu untuk tetap berada disampingku ketika rumah kecil ini diterpa badai, hujan, gempa, atau saat rumah ini sedang ‘kotor’ dan tak ada lagi yang berinisiatif ‘menyapunya’. Ku tahu saat itu engkau merasakan apa yang kurasakan ketika disuatu ruangan yang dipenuhi orang-orang yang punya banyak harapan, ya..pasti engkau dumba’dumba’, hehehehe..saat itu engkau hanya tersenyum dan sesekali menggelengkan kepala menandakan engkau ragu menyatakan YA!.
Ya….sampai saat ini engkau belum menyatakan YA!..tetapi hingga detik inipun engkau masih setia ketika hanya kita yang berada di rumah kecil itu sedang kosong. Tangan dan kakimu memang selalu menggantikan peran lidahmu. Heheheh. Akhirnya 5 bulan lebih engkau tetap setia, walupun kadang kata lazy masih engkau ‘agung’kan. Heheheh.
Kutahu, kadang pertemuan kita singkat atau sengaja disingkatkan oleh kedua belah pihak..heheheh, sesuai dengan strategi kita, engkau konsen ‘menjaga’ rumah,dan aku konsen lari dari rumah..heheheheh..namun, ku mohon bagi lah masalah-masalah rumah kecil itu, jangan engkau tamping sendiri di kepalamu yang tidak besar itu…rumah kecil itu milik semua orang yang pernah dan akan tinggal disitu, jadi ketika rumah kecil itu bermasalah pasti semua akan ingin mendengar dan bersama menjaga rumah kecil itu. We will never walk alone
Rumah ini dibangun dari serpihan-serpihan spirit yang kemudian menggunung namun kadang tak terlihat. Spirit itu lah yang mendasari kita untuk tetap bergerak melawan kapitalisme yang telah merampas ide-ide kita. Yakinlah yang kita lakukan adalah ibadah dan jangan terlalu cepat ‘mengutuk’ ketika tak banyak yang sepaham dengan indahnya dunia yang kita impi-impikan. Don’t blame the victims, itulah pesan kak Bob, jangan pernah menyalahkan pengurus yang lebih mementingkan urusan pribadinya, maba yang masih belum melihat indahnya dunia yang kita tawarkan, hingga mahasiswa lain yang masing mengamini keadaan dunia sekarang. Mereka semua hanyalah korban dari kapitalisme yang merampas ide-ide imajinatif. Waktu kita bukan untuk dihabiskan menangisi keadaan flat nya dunia ini. Akan lebih baik kita melihat dari ‘dua mata’ dan menyajikan alternative yang kaya akan ide-ide imajinatif. Melarang orang ke mall, makan di Mcd, dan hanya tidur di kosan memang bukan solusi yang solutif, mangapa tidak kita lawan dengan barbagai ide-ide kita?..
Jangan pernah takut untuk berkarya! Teruslah berlari dan menari….terima kasih tetap menjaga rumah kecil ini dan mohon bantuannya SangSek, Sang Sekertaris….
Selamat menua namun keep spirit……

Keika kampus merah kosong dan isi rumah telah kita selamatkan
Tulisan ini adalah hadiah untukmu SangSek….
161111

Selasa, 11 Oktober 2011

Paradoks



kemarin...saat kita berteriak-teriak menyuarakan solidaritas mahasiswa
di 'Istana' disahkan RUU Intelijen Negara
kemarin...saat kita berpeluh terik dan dipukuli
di ruang ber-AC rektorat
diptutuskan Pengkaderan akan dihapuskan secara gradual
masih banyak tugas berat kawan!
Tetaplah BERGERAK



ketika pesan ini sampai dengan amarah dan kekecewaan
12,10,11......inna & ikki

Jumat, 30 September 2011

inspyration

kalau berharap rintik hujan dikemarau begini, sudah barang pasti salah tempatlah diri
menyenangkan semua orang perlu kesabaran dan kerja keras, bukan dengan kepura puraan
dan mengais ngais kuatnya hasta bukan dengan kuantitatifkan usaha dan daya, tapi dengan ketulusan akan usaha dan kerja kerja yang dilakukan
dan jika bahkan ada yang mengharapkan salju di daerah tropis, bukanlah pikiran yang didahulukan tapi rasio dan ilmu serta mengambil hikmah dari semuanya, didaerah tropis bahkan dilalui khatulistiwa seperti indonesiapun, di ujung sana terdapat es abadi dan salju yang bertumpah ruah di puncak kebanggan jayawijaya. ambillah hikmah !!!
bukan tidak mungkin mengharapkan gerimis ditengah kemarau , dan bukanlah tidak mungkin berharap salju didaerah tropis..
karena hakekat adalah yang tidak nampak, dan yang tidak nampak adalah usaha dan ketulusan..
*training motivasi diri sendiri ^___^
ditulis oleh SangSek (maaf ku copy ea)

Sabtu, 28 Mei 2011

Sebuah Langkah




Pertama-tama dan yang paling utama, mohon maaf ku haturkan kepada kak Bobby karena tidak menepati janji manisku.. loh??. Kemarin sungguh hari yang sibuk, 3000 kata harus selesai dalam beberapa jam (alasan), tapi sebenarnya memang manajemen ku yang masih amburadul..hehehe. oh iya, nanti sajalah kita bercerita mengenai 3000 kata. Setelah menjelajah dunia kedua yang telah mengubah dunia dari bulat menjadi kotak layaknya layar yang hampir ada di semua tangan seseorang, membuka blog seseorang yang membuatku tercengang mengenai tanggal 2 Mei…(nanti jugalah cerita ini)…
Setelah bercengkrama lewat jari, akhirnya sampai di titik harus bercerita. Karena kita akan selalu bercerita. Kali ini akan ku bagi 3 hari yang sangat bermakna. HIfest, sebuah kampanye antiglobalisasi yang menurutku sangat keren, pembelajaran, dan tentunya manfestasi dari pahaman kita. Kali ini HIfest bertemakan Pangan: Makan Apa Aku Hari Ini?. Perhelatan ini berlangsung 24,25,26 Mei 2011 at Baruga Unhas. Ini HIfest pertamaku setelah tahun lalu tidak sempat melaksanakan HIfest. Jadi, saya belum bisa mendapatkan refrensi dari tahun kemarin, sehingga HIfest kali ini sangat keren menurutku.. kampung budaya yang menyajikan makanan tradisional, dialog publik, nonton film, penggung kreasi, games ular tangga globalisasi, petisi antiglobalisasi, hingga penyajian data2 yang mencengangkan, menghiasi kerennya HIFest kali ini. Ternyata, tidak stabilnya ketahanan pangan setiap negara berkembang disebabkan oleh settingan para borjuasi perusahaan. Jangankan kedaulatan pangan, ketahanan pangan pun sulit untuk dicapai.
Sadar tidak ternyata makanan yang di gembor-gemborkan para MNC itu memiliki kandungan yang berbahaya dan tentunya merupakan hasil eksploitasi. Setiap ayam dan sapi yang ada di MNC telah diberi suntikan kimia untuk meperbesar ukuran dagingnya, dan tentunya terkandung berbagai penyakit. Lihat saja, di negara maju penyakit-penyakit yang sering muncul adalah penyakit degenerative (ginjal,diabetes, etc). dan tau tidak, tanaman yang dapat kita jadikan sayur mayor atau makanan, ternyata kedepan akan sulit kita dapatkan. Kita harus bersaing dengan mesin, karena telah ada bahan bakar dari tumbuhan. Pabrik terbesarnya dapat dilihat di Brazil. Dan yang paling buruk mengenai kita adalah budaya konsumerisme. Mengkudu yang dahulunya di jadikan obat atau rujak, kini dijadikan kosmetik untuk memenuhi keinginan korban hegemon borjua.dan masih banyak lagi hal-hal seram globalisasi dalam hubungannya dengan pangan.
Seperti biasa, yang paling utama dalam kegiatan rumah ini, adalah kaderisasi. Menginap di Baruga selam 3 malam, bangun pagi dengan sapaan beberpa teman yang sebenarnya kantongan (baca: sarapan) di tangannya lah membuatku terbangun, dan akhirnya final tanpa mandi. HIFest kali ini memang tidak seramai bayanganku. Tapi, yang terpenting adalah gerak kita. HIFest, sebuah langkah mengubah dunia.

Minggu, 15 Mei 2011

Sejengkal Pengetahuan

 

Belajarlah…. Hidup ini adalah belajar. belajar memaknai hidup. Inilah yang menggambarkan bagaimana diriku sebenarnya untuk saat ini. Mungkin terlalu idealis, naïf, munafik, atau apapun itu yang sering dikatakan orang lain yang semakin memaknai bahwa tidak ada yang ideal di dunia ini. Hidup ini sangat singkat, dan jika selama waktu  yang sempit ini yang ada di pikiran seseorang hanyalah dirinya sendiri, maka tidak bergunalah hidup seseorang tersebut. Individualisme telah menjadi prinsip hidup orang banyak, konsumerisme dan hedonisme telah menjadi gaya hidup orang banyak. Orang-orang (termasuk saya) lebih memilih berlabuh di tempat perbelanjaan yang hanya mengejar profit dibanding pergi merasakan perut lapar orang banyak yang bagian makanannya dieksploitasi oleh orang lain yang sudah gendut. Orang-orang lebih memilih duduk berjam-jam di depan benda elektronik dibandingkan bertatap muka dengan sahabat-teman, atau keluarga yang maknanya lebih terasa. Inilah beberapa hal yang ada di pikiranku. Status mahasiswa yang sekarang ku emban membuatku lebih merasa terbebani dengan tanggungjawab yang semakin nyata. Sebelumnya, aku pernah menduduki kelas bangku SD, SMP 12, MAN 2 Model Makassar, hingga sekarang memikul status mahasiswa Hubungan Internasional FISIP Unhas.
Pernah aku bertanya, kapan rasa tanggungjawab itu muncul?, saat ada jabatan, status, atau saat ada amanah yang diberikan kepada kita?. Menurutku, tanggungjawab itu muncul saat kita sadar. Meskipun dalam sosiologi, saya tidak pernah mendapati teori mengenai kesadaran, menurutku kesadaran itu sangat penting dalam hal personalitas. Bertambahnya usia mestinya berbanding lurus dengan kesadaran akan realita sosial. Banyak orang mengatakan bahwa masa kesadaran akan realita sosial itu hanya dalam tahap mahasiswa. Mungkin benar, mungkin juga keliru.
Seorang seniorku pernah mengatakan “mahasiswa adalah seorang yang sedang memikul banyak hal yang berada di persimpangan jalan dan siap untuk memilih jalan yang akan dia lewati nantinya”. Menurutku, mahasiswa adalah masa dimana kita sudah harus memilih jalan kita sendiri, mampu mengambil sikap, dan yang terpenting adalah harus memaknai hidup. Saat ini aku masih menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja, yang datang ke kampus untuk kuliah, ngumpul, dan pulang ke rumah dan merasa dunia baik-baik saja karena perut ku tidak terasa kosong. Mungkin sedikit banyak mahasiswa sekarang bernasib sama dengan ku. Hampir selama 20 tahun masa hidupku semenjak lahir, aku masih belum bisa mengubah dunia. Hidup di sebuah kota seperti Makassar telah mengkonstruksi pikiran dan diriku menjadi makhluk kota. Resiko sebuah kota yang harus bermuatan pembangunan, tempat perbalanjaan, polusi, individualistic, konsumtif, dan akhirnya akan menjadi pangsa pasar bagi negara yang ber’frame’ neoliberal. Bobroknya para pengemban negara membuatku semakin takut melihat ke depan. Alsannya satu, sistem yang digunakan memang untuk membobrokkan para pelakunya, hingga Aziz Kahar pernah mengatakan dalam sebuah ceramahnya “seseorang yang hidup dengan tetap memegang idealitas, akan sulit diterima di lingkungannya dan mungkin akan tersingkir”. Walaupun rasa takut menghadapi masa depan menghantuiku, tapi akan lebih buruk keadaan saat setiap orang berpikiran sama denganku dan terjebak dalam rasa pesimisnya. Seorang tidak diukur dari seberapa tinggi tes IQ atau apapun itu yang ada di otaknya, tapi menurutku seorang itu di ukur dari hatinya. Tetaplah berbuat untuk orang banyak. bermimpi dan berbuatlah walaupun dengan sejengkal pengetahuan mu...

Rabu, 20 April 2011

MENGAPA ADA KATA PISAH

Add caption
ketika angin berayun, kabut membayang
hampir terkubur sudah semua pertemuan kita
dan semuanya tak punya sesal
bahwa nasib mengatur keadaan
perpisahan pun akan terjadi
ketika waktunya tiba sudah
mengapa semua berpisah?
mengapa semua beranjak?
bagai senja keperaduan
lewat lorong-lorong yang membisu
lewat deretan tangga yang  disandarkan
akupun diam
akupun terpaku
tinggal menghitung detak waktu
saat pertemuan akan berakhir
jembatan terpanjang  di ujung kaki
akan beranjak menjemput langkah
mengharuskan berlalu meninggalkan kenangan
kini akupun akan berlalu
ku buru puisi ilmu ke ujung langit
hingga ku untai jadi kenangan
bahwasanya kebersamaan pernah ada
dan
kebersamaan itu kembali ada
ketika kita menyusuri langkah
yang telah terlewati sudah
walau berat rasanya
akhirnya kuberucap juga
selamat tinggal Sobat
selamat tinggal Pa satu
selamat tinggal SPECTRUM
biarkanlah kaki ini melangkah
bagai kereta api merayapi waktu
pada jalur yang pasti
by: Ejhy


postingan ini didedikasikan kepada Almarhuim Efendy Jufri...
terima kasih telah mengajarkan kami makna hidup dan kerja keras
semoga di terima di sisiNya...Amin

Sabtu, 05 Maret 2011

untuk dia...

selamat atas menunaikannya sunnah Rasul, yakni menikah...
mungkin kata ini yang dapat ku ucapkan. rasa terharu dan bahagia kurasakan begitu mengalir tidak deras. seseorang yang telah memberikan goresan makna dalam hidupku. seseorang yang selalu mengatakan "terima kasih banyak"..semoga menjadi keluarga Sakinah,Mawaddah,Wa Rahma kak. amin..!. rasa iri pasti ada..mungkin hanya persoalan start saja.hehehehhe, sehingga waktu yang akan datang mungkin aku yang duduk di pelaminan (ngeek).. rasa takut saat memikirkan hal yang sangat indah ini selalu menghantuiku, "akankah aku diterima di keluargamu?,akankah engkau menungguku saat aku harus telat selesai kuliah karena belajar berjalan sendiri? akankah engkau tetap menemaniku saat apa yang aku berikan tidak cukup? akankah engkau menungguku sampai kita mendapati sesuatu yang pasti?akankah engkau berani berkata TIDAK saat ada yang mengajakmu makan sesuatu yang mewah dibandingkan tawaranku yang hanya menyajikan makanan sederhana yang tulus?akankah engkau siap saat upahku terlambat datang?akankah engkau tetap ingin berjalan kaki bersamaku saat orang-orang berkendara mobil yang tidak tahu apa makna mobil yang terjual naik hingga 54 % tahun ini?akankah engkau tetap tidur nyenyak saat kita harus terlelap di rumah kontrakan?dan akankah engkau mengiyakan saat aku datang membawa orangtuaku untuk bertemu orangtuamu?"....
terlalu banyak "akankah" yang ada di kepalaku.....maafkan aku yang terlalu takut dengan perempatan yang ada di depanku. aku terlalu pesimis melihat ke depan, itulah mengapa aku tak beranjak sejengkalpun karena pesimisme ini. tapi pasti perempatan itu akan aku temui karena roda kendaraan hidup akan terus berjalan kecuali ada kehehndakNya yang lain.dan pada saat perempatan itu telah kutemui aku akan berjalan bergandengan denganmu memakai pakaian adat pernikahan dan di tasku telah ada bekal untuk menjaga ikatan ini."jangan terlalu banyak konsep, Lakukan dong" itulah katat2mu..(tersinggungku..heheheheheh), terima kasih telah menyadarkanku untuk lebih banyak berbuat dibandingkan berbicara,.terima kasih telah membuka mataku bahwa roda ini terus berjalan.. mari berdoa di subuh, petang, dan setiap waktu kepadaNya dan semoga kita dipertemukan dalam ikatan suci ini.. amin. mungkin terlalu cepat ku tulis ini, tapi ketika buah hati kita telah mampu membaca dan berbicara, dia akan mengatakan "terimakasih mam, telah menyadarkan ayah"ckckckckkckckckckcfufufufufu.....

Jumat, 25 Februari 2011

Tidurlah....

malam ini aku tak pulang... itulah kalimat yang terucap di bibirku yang dipertegas dengan pesan yang ku kirim melalui satelite pengawasku. malam ini ada yang harus kuselesaikan. sesuatu yang sederhana tetapi sarat akan makna, yakni membuat pataka dan spanduk. setelah dua minggu yang lalu hanya bisa terpaku dalam perseginya kamar dengan jadwal makan bubur yang terngiang terus, akhirnya aku bisa kembali menikmati hari-hariku dalam dunia yang singkat dan dipenuhi dengan proses belajar. begitulah prolog goresan ini. sudah seminggu ini aku kembali ke rumah ketika arah jarum jam telah melewati pukul 24.00. tidak ada yang berbeda, dari dulu pun begitu. saat aku pulang, gembok pagar telah siap di depan pintu, menandakan akulah yang ditunggu untuk membuat rumah batu beserta isinya ini merasa aman. setelah membuat segalanya merasa aman, seperti biasa kutemukan sosok yang telah menugguku meski sosok itu berspekulasi sedang bercengkrama dengan layar persegi yang selama ini membentuk opini masyarakat dan membuat kita bodoh. ku tahu dia berspekulasi, karena setetalah aku masuk dalam kamar persegi, dia akhirnya mematikan layar persegi dan beranjak mamanjakan mimpi dalam malam yang tinggal 1/3 karena kutahu esok pagi-pagi buta dia harus bangun dan menunaikan kewajibannya. begitulah malam-malam ku, terjadi layaknya skenario yang sudah ku tulis. rasa amarah sering muncul saat mengetahui dia belum terbaring ketika aku masih memaknai hidup di dunia singkat ini. kata-kata Ah!! sering terlontar di bibirku. aku sering menjelaskan hal ini, namun dia tetap belum bisa memejamkan mata dengan tenang saat mengetahui aku belum tiba. malam ini, sebelum beranjak, ku titipkan pesan padanya...
tidurlah...tidurlah...Mam, jangan menungguku....
terima kasih telah mengabdikan hidup untuk memperhatikanku..

tulisan ini di dedikasikan untuk seseorang yang mengijinkanku hidup di tubuhnya selama 9 bulan.

IMF (International Manipulation Fund) & WB (Wicked Bank)


Saya lebih setuju mengatakan IMF itu International Manipulation Fund dan WB sebagai Wicked Bank. Jadi, bisa dipastikan kedua lembaga keuangan internasional ini berdampak negatif. IMF dan WB lahir dari konferensi Bretton Woods yang mengatur mengenai sistem nilai mata uang asing tetap dan menjaga kestabilan moneter internasional. Konsep IMF dan WB ini awalnya muncul setelah PD II yang mengakibatkan kehancuran ekonomi negara-negara yang terlibat perang (Eropa). Dalam perkembangannya, IMF dan WB menjadi jawaban dalam doa negara yang krisis dan negara berkembang yang termakan teori modernisasi kaum ekonomi liberal. Pemikiran dasarnya adalah negara berkembang seyogyanya mengikuti jalur pembangunan dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Telah menjadi keharusan untuk menuju masyarakat industri membutuhkan modal yang besar, dan teknologi modern, maka pinjaman menjadi solusinya. IMF dan WB adalah lembaga yang menyediakan pinjaman tersebut. Masalahnya adalah IMF dan WB memberikan utang dan conditionality(SAP) yang membuat dependensi. Kondisionalitas adalah segala persyaratan yang diberikan negara donor kepada negara penerima bantuan luar negeri dimana pihak penerima harus bersedia untuk melaksanakan persyaratan tersebut. Kondisonalitas mencakup; penyesuaian (devaluasi) mata uang lokal dan/atau floating nilai tukar tetap, liberalisasi perdagangan, deregulasi, privatisasi, melapaskan pengendalian atas suku bunga, memotong anggaran negara, termasuk menghapus subsidi konsumen. Bagi IMF, secara keseluruhan program tersebut merupakan policy program suatu negara yang dideskripsikan dalam Letter of Intent yang kemungkinan disertai dengan Memorandum of Economic and Financial Policies untuk diajukan sebagai pinjaman. IMF dan WB didominasi oleh G7, sehingga bisa diprediksi IMF dan WB tidak fokus lagi terhadap pertukaran mata uang, stabilasi ekonomi, dan memerangi kemiskinan melainkan negara G7 men’dikte’ negara berkembang yang juga anggota IMF & WB.
IMF dan WB berdampak pada instabilitas politik suatu negara, termasuk protes anti pemerintah serta kekacauan akibat naiknya harga. Kebijakan Pemerintah Yaman untuk menaikkan harga minyak dua kali lipat dari harga sebalumnya adalah bagian dari program reformasi ekonomi IMF/WB padahal menururt UNDP dalam HDI bahwa Yaman menempati peringkat 149 dari 177 negara kurang berkembang pada 2004, dan 42 % masyarakatnya hidup dalam kemiskinan. Kebijakan ini berakibat 13 orang tewas dalam demonstrasi. Intervensi IMF bahkan telah menantang kedaulatan nasional negara peminjam. Di Nicaragua, IMF mengancam menunda pinjaman yang baru ditandatanganinya karena pihak legislatif memberi dana lebih kepada pemerintah lokal guna perbaikan sector publik. IMF/WB juga berdampak negatif pada perekonomian negara berkembang. Negara berkembang menempuh ‘jalan sulit’ karena ingin membayar utang, misalnya; membujuk masuknya investor dengan menwarkan buruh murah. Sebagai akibatnya negara berkembang menjadi “tawanan ekonomi”, membuat produk-produk murah untuk di ekspor sementara mengimpor barang-barang dari perusahaan di Amerika dan Eropa. Menyangkut gaji buruh rendah, IMF/WB telah menekan Pemerintah Meksiko dan Haiti untuk mengeksploitasi buruh dan menghapus upah minimum.
Dampak negative IMF/WB pada bidang pendidikan adalah pengurangan anggaran pendidikan nasional demi angsuran pinjaman luar negeri. Kondisi ini terjadi di Zambia yang menghabiskan $ 1.3 milyar untuk pembayaran utang. Pembayaran kepada IMF ini setara dengan sepuluh kali biaya pemerintah untuk bidang pendidikan. Pada tahun 1997, sebesar 40 % anggaran nasional Zambia digunakan untuk membayar utang, dan hanya 7 % untuk pendidikan dasar, kesehatan, sanitasi, dan nutrisi. Pada bidang kesehatan, dampak negative IMF/WB adalah privatisasi atas perusahaan-perusahaan dan layanan negara. Privatisasi ini merupakan pengingkaran akses bagi masyarakat miskin untuk “sehat”. Di Afrika, untuk mencegah HIV/AIDS hanya 2,8 % dari pembelanjaan global, padahal kawasan tersebut berisi 10 % populasi dunia dan mencakup dua pertiga infeksi HIV dunia. IMF/WB juga berdampak negative pada aspek lingkungan. Secara sederhana, apabila negara telah mendapatkan SAP (Structural Adjustment Program), maka negara tersebut akan mendorong investor(MNC) masuk agar dapat melunasi utangnya dan kadang melupakan regulasi yang berlaku. Di Guyanan, IMF telah memaksa pengurangan anggaran kementerian lingkungan hidup sehingga memperlemah penegakan hukum lingkungan. Pada saat bersamaan, IMF mendorong pemerintah meningkatkan ekspor kayu, memperlonggar peraturan lingkunganan yang mengakibatkan Illegal logging dan degradasi lingkungan.
Fenomena pinjaman luar negeri tidak lain adalah neoimperialisme, yakni hegemoni negara maju kepada negara berkembang dengan berbagai cara yang bukan penjajahan fisik. Kita bahkan tidak sadar dengan keadaan ini. Utang luar negeri merupakan mekanisme yang sengaja diciptakan agar negara berkembang menjadi “dependensi” sehingga melakukan apapun yang di’dikte’kan oleh negara maju. IMF/WB merupakan penyebar paham kapitalis liberal dan menafikan kesiapan negara peminjam, kestabilan politik negara peminjam, dan korupsi yang rentan terjadi di negara berkembang. Utang itu memiskinkan.

Sumber:
Jakson, & Sorensen, 2009, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Leviza, Jelly, 2009, Tanggung Jawab Bank Dunia Dan IMF Sebagai Subjek Hukum Internasional (studi tentang dampak negative kondisionalitas pinjaman Bank Dunia dan IMF di Indonesia), Jakarta: PT.SOFMEDIA
Lliod & Steans, 2009, Hubungan Internasional Perspektif dan Tema, Yogyakarta: Pustaka Pelajar